Senin, 17 April 2017

Ciptaan Naif

Selamat siang, terik.  Bolehkah kuminta sedikit waktumu untuk bercerita tentang Bumi?
Boleh, ya?

Kau tentu sudah dengar bukan, bahwasanya beberapa waktu lalu aku sempat berc
erita pada senja tentang satelit buatan manusia yang menjadikan aku dan Bumi saling bertukar kabar?

Lantas, aku meminta senja untuk membantuku melawan koneksi itu lantaran takut hempasan meteor itu terlalu dalam hingga tak sanggup kuhilangkan.

Jadi begini, terik.Kami sudah berhenti berhubungan. Entahlah, aku juga tidak tahu apa yang terjadi pada Bumi maupun satelit itu sehingga tak sekalipun dia menghubungiku.

Bagus? Tentu saja.
Aku bersyukur sekali. Akhirnya kami bisa menjalani orbit masing-masing tanpa berusaha saling menindih.

Eh, saling? Haha...
Entahlah, ini hanya aku yang merasa atau bagaimana. Sebab dari kemarin, sepertinya memang Bumi lah yang senantisa mengontakiku.

Tapi, yah... salahku juga, sih. Membuat kabar ataupun pernyataan yang memancingnya untuk bertanya lebih jauh.

Jadi, terik. Apakah pantas bila kusebut ini saling?
Apa hanya dia? Atau hanya aku?

Sebenarnya, akupun bingung, terik. Aku senang kami tak berhubungan. Tapi tetap saja, kehilangan itu pasti ada.

Aku senang kami berhubungan, sampai membuat kabar agar dia hubungi malah. Tapi tetap saja, kekhawatiran bahkan ketakutan akan dosa itu selalu menghantui.

Maka menurutmu, terik. Manakah yang harus kuutamakan?

Ah, tentu saja. Jawabannya adalah Dia.

Aku harus mengutamakan Dia bukan?

Sebab bahkan aku tak tahu marabahaya apa yang barangkali bisa menimpaku seiring dengan kesenanganku berhubungan dengannya.
Ya, begitulah. Terkadang ciptaan-ciptaan-Nya ini terlalu naif dalam menghadapi suatu hal yang 
bertipe duniawi.

Eh, atau hanya aku?
Mungkin. Mungkin saja memang hanya aku ciptaannya yang luar biasa naif dalam menanggapi segala cobaan hidup.

Haha, naif.
Tidak, terik. Aku tidak mau jadi naif. Aku harus berjuang menegakkan apa-apa yang kuanggap benar.
Sebab yang benar, belum tentu menyenangkan, bukan? Ya, menegakkan kebenaran itu perihal susah.

Ya. Aku bisa.
Aku. Pasti. Bisa.
‘Kan, terik?


15/04/’17
Dieny A.