Hey, Bumi.
Bagaimana kabarmu? Adakah kau
rindu pada Mars-mu ini?
Haha, bercanda.
Aku tak mau tahu jawabanmu. Atau
mencoba untuk tak tahu, mungkin.
Karena seperti biasa, aku takut
tak siap dengan segala probabilitas jawabanmu.
Omong-omong, sudah berapa lama?
Sudah seberapa lama orbit memisah
jarak kita? Atau, sudah seberapa jauh?
Adakah kau menghitungnya?
Menghitung waktu, menghitung jarak, menghitung berapa lama lagi jarak ini akan
menepi. Adakah kau menanti, Bumi?
Kau tau, ternyata aku tidak.
Aku tidak menghitung, aku tidak
menanti. Bahkan, aku lupa bahwasanya sudah lama orbit kita tengah berjauhan
sedemikian.
Aku lupa, haha.
Lucu bukan?
Mengingat bagaimana aku dulu menghitung jarak, menghitung detik, lantas membagi keduanya agar aku tau, kapan lagi orbit kita bersisian. Atau beriringan, atau sekedar berpapasan.
Ya, dulu aku menantikan semua
itu. Menantikan setiap temu denganmu yang barangkali bisa tercipta.
Dulu.
Dulu.
Dan sekarang, aku bisa-bisanya
lupa. Lupa.
Tidakkah ini mengejutkanmu?
Atau hanya “oh, baguslah” lalu
“ya sudah”?
Ya, tidak apa-apa sih. Terserah
kamu.
Tapi asal kamu tahu, Bumi. Aku tidak merasa senang akan hal ini. Bahkan aku tidak tau harus merasa apa saat ini.
Aku hanya merasa kosong. Merasa
sendiri.
Merasa, kehilangan, mungkin.
Ah, aku tidak tau. Belum tau. Dan
akan mencari tau.
30/09/’16
Dieny A.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar