Kupikir semua ini mudah. Meskipun pasti tak semudah
membalikkan telapak tangan. Atau kalaupun ini sulit, kupikir tak sesulit yang
dikatakan orang-orang yang kukira hiperbolis itu. Atau setidaknya, kupikir aku
masih bisa melaluinya dengan niat yang tak akan goyah se-milimeter-pun. Meski
harus dengan langkah terseret-seret nyaris tak bergerak. Kupikir aku bisa.
Kupikir, kupikir, kupikir... aku kehabisan kata-kata. Ya, kupikir sekarang aku
kehabisan kata-kata.
Tapi nyatanya, aku salah. Jalan ini sungguh berat, kawan.
Sungguh, aku tak sedang berhiperbola, bahkan aku memang bukan seorang
hiperbolis. Maka percayalah. Jalan ini penuh duri, penuh akan hal yang kau tak
sukai, membuatmu merasa terasing, bahkan jalan ini akan memintai segala yang
engkau punya, dan yang terburuk, membuat kau senantiasa di bayang-bayangi
hasrat untuk mundur saja, berhenti, dan bercukup akan mengurusi dirimu sendiri.
Tapi –lagi, ketahuilah sahabat. Sekali kau sukses
melaksanakannya, kau akan memperoleh secercah kebahagiaan yang menurutku tak
akan habis meski kau tebarkan ke jutaan orang di dunia. Hatimu dipenuhi
kehangatan seakan tengah dibalut belaian ibu. Jiwamu diselimuti rasa damai yang
seolah kedamaian macam itu hanya bisa kau dapat di tempat antah berantah dalam
imajinasimu. Aku serius. Dan tentu saja aku bukanlah seorang pembual ulung.
Lalu setelah serangkaian kebahagiaan itu sempurna
menelusup dalam dirimu, kau akan bertanya darimana ini semua berasal. Seberapa
berarti yang telah kau lakukan hingga segini hebat balasannya. Seakan kau mendadak
amnesia akan betapa perihnya perjuangan yang kau sudah lancarkan. Lalu kau
menyadari betapa kau sudah terikat dengan jalan ini, membuat kau tanpa sadar
berjanji tak mau lepas dari jalan ini untuk selamanya.
Lalu –lagi, kau kembali mendapat tugas. Kali ini lebih
berat dari yang kemarin lalu sukses kau eksekusi. Dan kau menyadari, seluruh
yang ada di benakmu adalah apa yang telah kutuangkan dalam paragraf pertama
kisah ini, namun belum tentu berakhir sesuai pada apa yang tertera di paragraf
ini. Boleh jadi kau gagal, atau mudur. Tapi aku yakin, pasti temanmu cukup
hebat untuk mampu menahanmu agar kau tak sampai roboh, barangkali kau butuh
rehat sejenak. Barangkali kau butuh me-recharge
semangatmu. Dan kau kembali menjadi pion utama paling prima di jalan ini. Tapi,
semua pilihan tetaplah ditanganmu, teman. Maka berbijak-bijaklah memilih
langkah.
Dan sekali lagi kutegaskan padamu, aku bukanlah seorang
hiperbolis, apalagi seorang pembual ulung. Aku hanya membagikan apa-apa yang
aku rasakan. Itu saja.
Bila kau bertanya jalan apakah yang telah kudeskripsi hampir
sepanjang satu halaman ini, maka aku akan menjawab dengan sepenuh hati; ini
adalah jalan dakwah.
Ya, jalan dakwah sobat.
Jalan inilah yang diperjuangkan Rasul kita tercinta
mati-matian hingga titik darah penghabisan. Dan aku, disini, berjanji; Akan
mengarungi jalan ini dengan sepenuh hati, seterjal apapun karang yang
menghadang. Menyambung rute yang tak boleh putus ini hingga ajal mengizinkanku
untuk berhenti. Maka,
Bismillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar